Menanam lengkeng dalam pot? Mengapa tidak! Lengkeng sekarang sudah
“modern”, sudah bisa berbuah meski tinggi pohon cuma dua jengkal.
Aturan” yang menyebutkan perlunya pohon lengkeng
berjenis kelamin sepasang – laki-laki dan perempuan – agar si pohon
bisa berbuah, kini tak berlaku lagi. Penantian bertahun-tahun yang dulu
dilakukan agar si mata naga ini bisa dipetik dan dirasakan manisnya,
juga sirna.
Kini, berkat kemajuan di dunia pertanian, buah
lengkeng sudah bisa berbuah meski pohon terbilang masih pendek.
“Lengkeng sekarang sudah modern,” ujar Sutardi, pemilik Bimo Nursery di
kawasan Tangerang. Maka, bila Anda penggemar buah bulat yang manis ini,
tak perlu pusing bila hanya punya lahan sempit di rumah.
Menanam
lengkeng dalam pot kini menjadi pilihan banyak orang. Meski hasilnya
memang tak sebaik bila ditanam di tanah yang memiliki jumlah hara lebih
banyak, bukan berarti tabulampot (tanaman buah dalam pot) lengkeng yang kini jadi tren tak berbuah maksimal, lho!
Selain
daunnya bisa rimbun, tabulampot lengkeng juga bisa berbuah banyak.
Jenis pingpong, misalnya, meski tingginya hanya dua jengkal orang
dewasa, sudah bisa berbuah, karena memang sifat pohonnya yang sudah
mampu berbuah sejak kecil.
Hanya saja, jumlah buahnya memang
lebih sedikit bila pohonnya masih kecil. Makin besar pohon, makin banyak
buahnya. Namun, ukuran buah relatif tak jauh berbeda. Kecil atau
besarnya buah tergantung dari banyaknya buah dalam satu pohon. Jika
dalam pot berat buah sudah lebih dari 10 kg, ukuran buahnya akan kecil.
“Jadi,
jumlah buah untuk tabulampot umumnya diperjarang, agar ukurannya
membesar. Kalau tidak, ukuran buah jadi tidak maksimal,” papar Tardi
sambil menambahkan, selain memperjarang buah, memangkas cabang yang tak
perlu juga harus dilakukan agar pohon tumbuh maksimal.
Pingpong Jadi Idola
Benarkah
lengkeng hanya bisa tumbuh subur di kawasan dataran tinggi? “Enggak,
kok, lengkeng zaman sekarang cocok saja ditanam di dataran rendah maupun
tinggi. Tapi memang, sih, di daerah yang sejuk akan lebih bagus
tumbuhnya,“ papar Tardi.
Lengkeng juga, lanjutnya, tak perlu
ditanam sepasang (berjenis kelamin laki-laki dan perempuan) seperti pada
zaman nenek moyang dulu agar bisa berbuah. Untuk bisa berbuah,
jenis-jenis lengkeng masa kini yang kebanyakan dari Thailand cukup
membutuhkan satu pohon saja, dan tak perlu tumbuh tinggi.
Lengkeng
juga punya banyak jenis, baik lokal maupun impor. Menurut Tardi, semua
jenis lengkeng umumnya bisa ditanam dalam pot. Beberapa jenis di
antaranya, diamond river, itoh, kristal, pingpong, puang rai, dan
lengkeng aroma durian.
Kebanyakan bibitnya berasal dari
Thailand. Diamond river memiliki daun berwarna hijau cerah dengan
panjang 10 cm, buahnya berdaging tebal, berair, biji kecil dan beraroma.
Jenis itoh yang ukuran buahnya sebesar uang logam Rp 500 memiliki ciri
buah mirip diamond river, tapi ukuran daunnya sekitar dua kali
panjangnya.
Daun kristal mirip dengan daun itoh, berwarna hijau
muda dan kurus, dengan buah berdaging setebal 4-5 mm, kering, kenyal,
dan sangat manis. Yang kini sedang jadi “idola” dan paling banyak dicari
adalah jenis pingpong, dengan daun berbentuk oval dan melengkung ke
bawah, warna daun lebih gelap dibanding diamond river.
Sesuai
namanya, jenis ini menghasilkan buah berukuran sebesar bola pingpong,
dengan daging tipis, biji besar, kering, dan beraroma. “Semua lengkeng
pasti manis. Tapi, manis atau tidaknya buah biasanya tergantung curah
hujan. Makin banyak curah hujan, manisnya berkurang,” papar Tardi,
seraya mengatakan, lengkeng impor banyak juga yang dikawinsilangkan oleh
petani lokal, sehingga menghasilkan jenis baru.
Semakin besar
pohon, semakin banyak buah yang dihasilkannya. Itu pula penyebab makin
tinggi pohonnya, makin mahal harganya. Pohon setinggi 1 meter harganya
mulai Rp 300 ribu, sedangkan yang tingginya 2 meter harganya mulai Rp
600 ribu. Lengkeng jenis diamond river dan lainnya relatif lebih murah,
sekitar separuh harga jenis pingpong.
Bila diamond river dan
jenis-jenis lain dengan ketinggian pohon 50 – 70 cm dijual dengan harga
sekitar Rp 45 ribu, harga jenis pingpong sekitar Rp 70 ribu. Sedangkan
lengkeng rasa durian harganya bisa mencapai dua kali lipat dari
pingpong.
Lengkeng “modern” yang perawatannya tidak sulit,
menurut Tardi, tak kenal musim panen. Setiap selesai dipanen, pohon
langsung siap berbunga. “Tiga bulan sekali berbuah. Kalau sekarang
panen, bulan berikutnya tumbuh daun dan berbunga lagi. Jadi, sepanjang
tahun bisa berbuah,” jelasnya lagi. Yang penting, imbuhnya, cara
penyiraman harus benar, agar daun tak rontok dan berwarna kuning.
Usia
2 – 3 bulan atau pohon setinggi sejengkal tangan orang dewasa, lengkeng
sudah bisa berbuah, meski buahnya tak banyak dan belum besar. Tabulampot lengkeng setinggi 1,5 m dan bercabang banyak yang ditanam dalam drum bisa menghasilkan 5 – 8 kg buah dalam sekali panen.
Mungkinkah
lengkeng mogok berbuah? “Ya, mungkin saja. Penyebabnya bisa karena
terlalu gemuk atau rindang. Cara mengatasinya, pangkas saja
cabang-cabang yang tidak perlu,” pungkas Tardi. (tabloidnova.com)
TABULAMPOT KELENGKENG - I
Written By KIN n KAT on Selasa, 25 Desember 2012 | 20.43
Label:
Kelengkeng,
Tabulampot
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !